Minggu, 30 Juni 2013

KEPEMIMPINAN 2


Teori Teori Kepemimpinan
Dengan mempelajari ilmu tentang kepemimpinan maka lahir teori-teori tentang kepemimpinan yaitu:
a.    Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin  ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat-sifat itu berupa sifat fisik dan psikoplagis. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi pemimpin yang berhasil adalah ditentukan oleh kemampuan pribadi, yang dimaksudkan adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat perangai atau ciri-ciri didalamnya. Oleh karena itu para ahli berusaha untuk merinci  lebih jauh kualitas seorang pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan kemudian hasil-hasil tersebut dirumuskan kedalam sifat- sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut akhirnya melahirkan dan berkembang menjadi teori kepemimpinan atau traits theory of leadership
(Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, PT Raja Grafindo Persada, 1983, hal 278)

Dalam perkembangan teori ini ada empat sifat  umum yang mempengaruhi terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi :
  1. Kecerdasan
    Kepemimpin mempunyai tingkat
    kecerdasan  yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin
  2. Kedewasaan dan Keleluasaan Hubungan SosialKepemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktifitas-aktifitas sosial
  3. Motivasi Diri dan Dorongan Prestasi
    Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsic dibandingkan dari yang ekstinsik.
  4. Sikap-sikap Hubungan Manusia
    Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak padanya.

b.    Kepemimpinan Menurut Teori Kelompok
Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan pengembangan perhatian. Pemimpin yang memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja. Dengan perkataan lain bahwa para bawahan dapat mempengaruhi pemimpin dengan perilakunya. Perilaku pemimpin akan bisa menjadi faktor motivasi terhadap para karyawan jika:
  • Perilaku tersebut dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan bawahan sehingga memungkinkan tercpainya efektifitas dalm pelaksanaan kerja.
  • Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa memberikan latihan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanaan kerja. Dan jika dengan cara demikian, maka para bawahan dan lingkungan akan merasa kekurangan.

c.    Teori Situasional dan Model Kontingensi
Teori ini berisi hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi menyenangkan itu diterapkan oleh Fiedler dalam hubungan dengan dimensi berikut ini:
  • Hubungan pemimpin dengan anggota
  • Derajat dari struktur tugas
  • Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otorita formal

Suatu situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi diatas mempunyai derajat yang tinggi. Dengan kata lain, suatu situasi akan menyenangkan jika:
  • Pemimpin diterima oleh para pengikutnya.
  • Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengan pemimpin ditentukan secara jelas.
  • Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapakan pada posisis pemimpin



Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang diketahui pihak lain ketika berusaha mempengaruhi kegiatan orang lain.

Tiga tipe dasar pemimpin sebagai bentuk-bentuk proses pemecahan masalah dan mengambil keputusan, adalah sebagai berikut:
(Soewarno Handoyo Ningrat, Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV Haji Masagung, Jakarta, 1980 hal. 76)

a.    Pemimpin Otokratis
Pemimpin yang bersifat otokratis memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: memberikan perintah-perintah yang selalu diikuti, menentukan kebijaksanaan karyawan tanpa sepengetahuan mereka. Tidak memberikan penjelasan secara terperinci tentang rencana yang akan dating, tetapi sekedar mengatakan kepada anggotanya tentang langkah-langkah yang mereka lakukan dengan segera dijalankan. Memberikan pujian kepada meraka yang selalu menurut kehendaknya dan melontarkan kritik kepada mereka yang tidak mengikuti kehendaknya. Selalu jauh dengan anggota sepanjang masa.

b.    Pemimpin Demokratis
Pemimpin demokratis hanya memberikan perintah setelah mengadakan musyawarah dahulu dengan anggotanya dan mengetahui bahwa kebijaksanaannya hanya dapat dilakukan setalah dibicarakan dan diterima oleh anggotanya. Pemimpin tidak akan meminta anggotanya mengerjakan sesuatu tanpa terlebih dahulu memberitahukan rencana yang akan mereka lakukan. Baik atau buruk, benar atau salah adalah persoalan anggotanya dimana masing-masing ikut serta bertanggung jawab sebagai anggotanya.

c.    Pemimpin Liberal atau Laissez-Faire
Pemimpin liberal yaitu kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin tidak memimpin atau mengendalikan bawahan sepenuhnya dan tidak pernah ikut serta dengan bawahannya.

Dari ketiga gaya kepemimpinan diatas dapat diambil kesimpulan yang baik adalah gaya
kepemimpinan yang demokratis dengan karakteristik sebagai berikut: (Sondang P Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Pt Rineka Cipta. Jakarta 1988. hal 18)
  • Kemampuan mempertahankan organisasi sebagai suatu totalitas dengan menempatkan semua satuan organisasi pada proporsi yang tepat dengan tergantung pada sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan pada kurun waktu tertentu.
  • Mempunyai persepsi yang holistik mengenai organisasi yang dipimpinnya.
  • Menempatkan organisasi sebagai keseluruhan diatas kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok tertentu dalam organisasi.
  • Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat para bawahannya sebagai makhluik sosial dan sebagai individu yang mempunyai jati diri yang khas.
  • Sejauh mungkin memberikan kesempatan kepada para bawahannya berperan serta dalam prosas pengambilan keputusan terutama yang menyangkut tugas para bawahan yang bersangkutan.
  • Terbuka terhadap ide, pandangan dan sasaran orang lain termasuk bawahannya.
  • Memiliki perilaku keteladanan yang menjadi panutan kepada para bawahannya.
  • Bersifat rasional dan objektif dalam menghadapi bawahan terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja karyawan.
  • Selalu berusaha menumbuhkan dan memelihara iklim kerja yang kondusif dan kreatif bawahan.


Usaha Yang Mendukung Kepemimpinan
Adapun usaha-usah yang mendukung
kepemimpinan, antara lain:
  • Mengetahui dan menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan para bawahan untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dikontrol oleh para pimpinan.
  • Memberikan insentif kepad abawahan yang mampu mecapai hasil dalam kerja.
  • Membut suatu jalan yang mudah dilewati oleh bawahan untuk menaikan prestasinya dengancara pelatihan dan pengarahan.
  • Membantu para bawahan dengan menjelaskan apa yang bisa diterapkan darinya.
  • Mengurangi halangan-halangan yang bisa membuat frustasi.
  • Menaikan kesempatan-kesempatan untuk memuaskan bawahan yang memungkinkan tercapainya efektifitas kerja.

Wewenang Kepemimpinan
Wewenang adalah hak kelembagaan menggunakan kekuasaan. Hubungan kekuasaan muncul berdasarkan kekuatan fisik, pengetahuan kebijaksanaan, status posisi, atau peranan.Tradisi dan karisma juga menjadi penyebab kekuasaan.


Dalam artikel Pengertian Kepemimpinan Secara Umum Menurut Para Ahli ini saya menggunn akareferensi langsung. Referensi ditulis seperti menulis seperti menulis catatan kaki. Semoga bermanfaat untuk semuanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar